Jumat, 21 November 2008
JAKARTA - Pemilihan Umum di Indonesia dinilai sebagai prosesi paling kompleks di dunia dan pemilihan terbesar yang pernah dilaksanakan dalam sehari.
Karenanya penyelenggara pemilu harus memiliki kompetensi dan kapabilitas dalam menyelenggarakan pemilu yang demokratis, independent, dan anggotanya nonpartisan.
Demikian disampaikan mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode
2001-2007 Valina Singka dalam seminar bertajuk Belajar dari Pilkada Langsung Menuju Pemilu 2009 di Hotel Acacia, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Minggu (22/11/2008).
"Menyelenggarakan pemilu di Indonesia bukanlah sekadar pekerjaan teknis kepemiluan, tetapi bermartabat dan memiliki amanah menyelamatkan demokrasi," katanya.
Dia menjelaskan tahun 2004 saja ada 24 partai peserta pemilu, 662 juta surat suara, 2,5 juta kotak suara, 2 juta bilik suara dan biaya sebesar Rp6,9 triliun. Bahkan untuk Pemilu 2009, kata dia, jumlah peserta dan biayanya bertambah besar.
"Kapasitas manajerial dan leadership penyelenggara pemilu menjadi kebutuhan utama," katanya.
Dia menambahkan penyelenggara pemilu harus berupaya agar pemilu berlangsung damai dan tidak menimbulkan konflik pascapilkada. "Hanya dengan demikian hasil pemilu membentuk parlemen dan pemerintahan yang berkualitas," katanya. (ded)
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)